Total Tayangan Halaman

Rabu, 15 Februari 2012

Asrama Mahasiswa Jerman, Indah saat Berbagi


13293413791870465356
gedung asramaku
Menjadi mahasiswa di Jerman diberi banyak kemudahan. Semisal, untuk daerahku, dengan sekitar 220 an euro (kurang dari 3 juta rupiah) biaya kuliah persemester, itu sudah bebas transportasi 24 jam di negara bagian ini. Sebenarnya untuk administrasi kampus tidak sampai 100 an euro, sisanya adalah untuk semester tiketnya. Dan buat saya sendiri, ini sangat menguntungkan, kebetulan kakakku tinggal di perbatasan, jarak tempuh 2 jam dan biaya tiket normal ke sana 27 euro sekali jalan, 54 euro pulang-pergi. Dan saya ke sana minimal sekali sebulan, sudah hemat banyak kan? hehehehe…


Disamping semester tiket, kita juga dapat banyak fasilitas. Untuk pembukaan bank, asuransi juga untuk tinggal di asrama. Pernah tinggal di asrama? Kalau pernah, pasti ngerasain bagaimana suka-dukanya. Berbagi dalam banyak hal, termasuk berbagi cerita, makanan, tugas bersih-bersih dlsbg. Awal pertama ke Jerman, saya memang berniat tinggal di asrama yang tinggalnya grup, dalam arti satu flat itu ada beberapa kamar. Biasanya, kita akan share kamar mandi dan dapur saja, share kamar tidur tentu tidak boleh…:-P

Untuk harga kamar, tergantung daerah, negara bagian juga. Semisal, dulu di Berlin masih bisa dapat kamar yang lebih murah di banding kota saya sekarang, namun untuk Munchen serta Stuttgart lebih mahal lagi. Di sini harga asrama di atas 180 euro dan dibawah 400 an euro per bulan (sekitar 2,5 juta sampai 5 jutaan rupiah), biasanya yang grup lebih murah daripada single apartment, namun, lagi-lagi tergantung gedungnya, baru atau tidak.
1329341942105306446
tipikal asrama berkisar 180 an euro
13293431111772772236
tipikal asrama diatas 300 an euro
Tidak terlalu beda bukan? Hanya, luasnya tentu berbeda. Namun, semua nyaman.
.
Kita bisa juga memilih tinggal bukan di asrama, private house. Menurut teman-teman yang tinggal di private, rasa persaudaraannya memang lebih terasa. Mereka lebih dekat satu sama lain. Namun, saya lebih memilih tinggal di asrama karena lebih praktis dibandingkan tinggal di private, kita tidak mesti ngurusin banyak hal, seperti membeli peralatan-peralatan sendiri termasuk meja belajar, lemari, tempat tidur bahkan mesti melengkapi dapur. Untuk yang tinggal sementara, 2-3 tahun, agak ribet juga tapi kembali lagi kepada kepuasan orang tersebut, siapa tahu dengan mendekor ruangan lebih bagus akan lebih meningkatkan semangat belajar  (karena asrama tentu standar saja).
1329349033448190333
tipikal dapur di gedung asrama kami
13293433031244179646
standar interior kamar yang saya huni sekarang
Jujur, saya tidak terlalu suka kamarnya, namun untuk memikirkan merakit sendiri lemari, tempat tidur,
saya sudah pusing, jadi lebih baik memang tinggal di asrama, terima jadi.
.
Walau pada kenyataannya saya juga pernah memilih tinggal di single apartment, namun setelah selesai kuliah master saya kembali lagi ke asrama tipe grup. Jika dibandingkan keduanya, menurutku tinggal dalam flat yang ditempati grup itu lebih banyak tantangan, juga manfaatnya. Disamping kita bisa belajar kultur bangsa lain pun belajar bahasanya, kita juga bisa belajar karakter orang dari negara tersebut.

Saya tidak pernah kepikir untuk belajar bahasa Spanyol, Italy juga Rusia, namun, setelah beberapa tahun berteman akrab dengan mereka yang berasal dari negara-negara tersebut, sapaan-sapaan sederhana, ataupun bahasa slank nya merambat perlahan. Kadang, kami menjadi usil, menghafal kata-kata tertentu dan kalau ketemu yang menjengkelkan, kita bisa sama-sama ngucapin di jalanan. Juga, saya tidak pernah tahu sebelumnya bagaimana cara membuat russian salat, tiramisu, pizza, france meat, gulaschsuppe dan masih banyak jenis masakan yang saya pelajari setelah berteman di asrama.

Memang nggak semuanya manis, semisal, saya orangnya agak perfeksionis lalu ketemu flatmate yang cuek selangit, saya harus siap. Sering saya ketemu mereka-mereka yang terkesan merendahkan pada awalnya. Menganggap bahwa orang-orang Asia itu jorok. Bahkan di awal saya datang ke sini, kita di kelompokkan. Kulit putih biasanya tidak mau satu flatmate sama teman-teman dari Asia terutama Cina. Namun beberapa tahun ini saya lihat pemikiran itu bergeser, karena juga, yang menghuni apartemen-apartemen mahasiswa yang mahal adalah Cina saat ini, jadi, pemikiran jorok itu tampaknya terkikis dengan kemampuan finansial mereka, atau mungkin yang lain? saya tidak pernah bertanya.

Nah, di situlah letak seninya tinggal bersama-sama dalam satu flat. Yang pasti, di sini saya belajar banyak hal, juga belajar sedikit cuek, belajar mengendalikan emosi, karena kadang kita udah lagi fokus dengan bacaan, namun ada saja musik atau lagi ngobrol-ngobrol. Belum lagi, kalau teman kita nggak pernah mau menjalankan tugas bersih-bersih. Hmm. Hanya, saya mencoba berpikir positif saja, siapa tahu dia biarin sampah membusuk karena lagi stress sama kuliahnya, siapa tahu? Ya. udahlah. Atau mentok-mentok nya saya anggap saja mereka semua adik-adik saya, walau dalam keluarga saya gak punya adik….:-D

Oh ya, biaya hidup di Jerman menurutku cukup tinggi, namun sebagai mahasiswa, tetap kita bisa berhemat dengan banyak cara, contohnya, tinggal lah di asrama. Gunakan juga segala fasilias yang memberi kemudahan dengan status mahasiswa tersebut.

Begitulah sekelumit tentang asrama mahasiswa di Jerman, juga pengalaman tinggal dengan orang lain. Seru kalau mau dibuat seru, semua pilihan ada di tangan kita. Karena tidak jarang, teman-teman memilih tinggal di single apartment karena tidak ingin diganggu. Nah, kalau menurutku sendiri, kapan lagi kesempatan belajar tentang kultur bangsa lain? Toh juga kalau di Indonesia, bakal tinggal sama keluarga sendiri bukan? Seperti juga mereka sangat tertarik mempelajari kultur lain, mari kita juga manfaatkan untuk sama-sama belajar…:-)

-Kei-

1 komentar: